17 April 2017

KOL AIHQ : Bagaimana Ulama Sambut Bulan Ramadhan?





Bagaimana Ulama Sambut Bulan Ramadhan?


Notulen Kajian Online (KOL)
AIHQ Academy - Dept. Kaderisasi PSDM ODOJ

=========================
Hari, Tanggal:  Senin, 17 April 2017
Waktu : 19.30 - 21.00 WIB
Tempat : Ummu Kultsum (M)
Muwajjih : Ummi Nashrullah
Judul : Bagaimana Ulama Sambut Bulan Ramadhan?

💕Isi Notulen
Bagaimana Ulama Sambut Bulan Ramadan?

🤗🌒🌓🌔🌚🌝🌛🌙

Sahabat Fillah
Pertama: banyak di antara manusia menyimpang dari hakekat puasa. Mereka menjadikannya sebagai musim untuk makan, minum, menghidangkan kue-kue, begadang atau menonton televisi. Mereka mempersiapkan  makanan jauh-jauh hari sebelum Ramadan, karena khawatir kehabisan atau harganya naik, maka mereka memborong  makanan dan minuman. Kemudian mereka mencari-cari informasi di chanel televisi untuk mengetahui acara apa yang menarik diikuti dan yang layak ditinggalkan. Mereka abaikan ibadah dan ketaqwaan, dan kemudian hanya memenuhi kebutuhan perut dan pandangan matanya semata.  


Kedua : sebagian yang lain sadar akan hakekat puasa di bulan Ramadan, maka mereka mempersiapkan dirinya sejak bulan Sya’ban. Bahkan ada yang telah mempersiapkan sebelum itu.

Sahabat Rahimakumullah ....🌿
Di antara persiapan yang terpuji untuk menyambut bulan Ramadan adalah :

1. Bertaubat dengan jujur

Taubat pada dasarnya wajib setiap saat. Akan tetapi karena akan (menyambut) kedatangan bulan yang agung dan barokah ini, maka lebih tepat lagi jika seseorang segera  bertaubat dari dosa-dosanya yang diperbuat kepada Allah serta dosa-dosa karena hak-hak orang lain yang terzalimi.  Agar ketika memasuki bulan yang barokah ini, dia disibukkan melakukan ketaatan dan ibadah dengan dada lapang dan hati tenang.

Allah ta’ala berfirman:

 ( وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) سورة  النور: 31

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

Dan dari Al-Aghar bin Yasar radhiallahu ’anhu dari Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat (kepada Allah) dalam sehari seratus kali” (HR. Muslim, no. 2702)


2. Berdoa

Diriwayatkan dari sebagian (ulama) salaf, bahwa mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadan, kemudian mereka berdoa lagi lima bulan setelahnya semoga amalnya diterima. Seorang muslim hendaknya berdoa kepada Tuhannya agar mendapatkan bulan Ramadan dalam keadaan baik,  dari sisi agama maupun fisik, juga hendaknya dia berdoa semoga dibantu dalam mentaati-Nya serta berdoa semoga amalnya diterima.

3. Gembira dengan semakin dekatnya kedatangan bulan yang agung ini

Sesungguhnya mendapatkan bulan Ramadan termasuk nikmat Allah yang agung bagi seorang hamba yang muslim. Karena bulan Ramadan termasuk musim kebaikan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Ia adalah bulan Al-Qur’an serta bulan terjadinya peperangan-peperangan yang sangat menentukan dalam (sejarah) agama kita.

Allah berfirman: “Katakanlah, 'Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 58)

4. Menyelesaikan tanggungan (qadha) kewajiban puasa

Dari Abu Salamah, dia berkata, saya mendengar ‘Aisyah radhiallahu ’anha berkata: “Aku memiliki kewajiban berpuasa dari bulan Ramadan lalu, dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1849, dan Muslim, no. 1146)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dari keseriusan beliau (mengqadha) pada bulan Sya’ban disimpulkan bahwa hal itu menunjukkan tidak diperkenankan mengakhirkan qadha sampai memasuki bulan Ramadan berikutnya.” (Fathul Bari, 4/191)

5. Membekali diri dengan ilmu agar dapat mengenal hukum-hukum puasa dan mengetahui keutamaan Ramadan

6. Segera menyelesaikan pekerjaan yang boleh jadi (jika tidak segera diselesaikan) dapat mengganggu kesibukan ibadah seorang muslim di bulan Ramadan

7. Berkumpul bersama anggota keluarga, dengan istri dan anak-anak untuk menjelaskan hukum-hukum puasa dan mendorong  si kecil untuk berpuasa

8. Mempersiapkan sejumlah buku yang layak untuk dibaca di rumah atau menghadiahkannya kepada imam masjid agar di baca (di depan) jamaahnya pada bulan Ramadan

9. Berpuasa pada bulan Sya’ban sebagai persiapan untuk berpuasa di bulan Ramadan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لا يَصُومُ ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلا رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ . (رواه البخاري، رقم 1868، ومسلم، رقم 1156)

Dari ‘Aisyah radhiallahu ’anha: “Rasulullahsallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia tidak pernah berbuka. Dan (lain waktu) beliau tidak berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia pernah berpuasa. Dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallammemperbanyak berpuasa selain di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari, no. 1868, Muslim, no 1156)

Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ’anhu, dia berkata: “Saya bertanya, Wahai Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa di antara bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?” (Beliau) bersabda: “Itu adalah bulan yang sering diabaikan orang, antara Rajab dan Ramadan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amal (seorang hamba) kepada Tuhan seluruh alam. Dan aku senang saat amalanku diangkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Nasa’i, no. 2357, dinyatakan  hasan oleh Al-Albany dalam shahih Nasa’i).

Dalam hadits di atas dijelaskan hikmah berpuasa pada bulan Sya’ban, yaitu bulan diangkatnya amalan. Sebagian ulama menyebutkan hikmah lainnya, yaitu bahwa puasa (pada bulan Sya’ban) kedudukannya seperti sunnah qabliyah dalam shalat fardhu. Agar jiwa merasa siap dan bersemangat dalam menunaikan kewajiban. Demikianlah yang dikatakan terhadap puasa di bulan Sya’ban sebelum Ramadan.

10. Membaca Al-Qur’an

Salamah bin Kuhail berkata: Dahulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan bacaan (Al-Qur’an).

Adalah Amr bin Qais apabila memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya, lalu berkonsetrasi  membaca Al-Qur’an.

Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan memanen tanaman."

Dia juga berkata: "Perumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, sedangkan perumpamaan Sya’ban bagaikan mendung dan perumpamaan Ramadan bagaikan hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiram pada bulan Sya’ban, bagaimana dia akan memanen di bulan Ramadan."

🐾🌴🐾🌴🐾🌴🐾🌴🐾🌴🐾

Kini bulan Rajab akan berlalu, lalu apa yang akan kita kerjakan pada bulan Sya’ban jika kita ingin bertemu dengan bulan Ramadan. Demikianlah halnya keadaan Nabi SAW dan salaf (pendahulu) umat  ini di bulan yang barokah. Maka, dimana posisi kita dari amalan dan derajat tersebut?


💮💮💮💮
Tanya Jawab:
➰➰➰➰➰➰➰➰➰
1⃣ Titien 935

Izin bertanya ustadzah

Biasanya dalam bulan Ramadhan ada banyak kegiatan yang ada di sekitar kita, di lingkungan masjid, dalam komunitas (misalnya ODOJ se daerah), di organisasi, dll dan kita menjadi bagian dari kepanitiaan pada kegiatan2 tersebut
Bagaimana menyikapi  hal tersebut ustadzah ? Salahkah jika kita ingin fokus ibadah bersama keluarga ? Atau bagaimana caranya agar bisa tawazun menjalankan amanah tanpa meninggalkan ibadah berkualitas di bulan Ramadhan

Jazakillah khoir ustadzah 😊

Jawab:
Iya benar sekali, Ramadhan saat agenda padat penuh aktivitas, tdk mengalah menyibukkan dalam berbagai kegiatan kebaikan itu, krn unt kemashlahatan dakwah dan InsyaAllah akan semakin dimudahkan. 

Tetapi jika akan fokus ibadah bersama keluarga juga tdk apa². 
Karena bulan Ramadhan sebenarnya banyak aktivitas sosial yg bisa meningkatkan nilai ibadah kita. 

Tawazun  seimbang dalam setiap aktivitas kebaikan  bs diraih jika setiap aktivitas tertata rapi, terjadwal teratur, InsyaAllah semua bisa terlaksana dengan baik. 
Yg terpenting tentukan skala prioritas, sehingga tidak ada hak dan kewajiban yg terdzolimi.

Bukankan Allah akan menolong hambaNya yg menolong agama Allah.
Niatkan setiap aktivitas itu sebagai bagian daripada ibadah, InsyaAllah semoga Allah meridhoi.

Wallahu'alam

2⃣idja g3145
saya juga mau bertanya
point 4 menyelesaikan kewajiban puasa
bagaimana hukumnya bila puasa yg sebelum sebelumnya belum tergantikan hingga kini,

Jawab:
QS.Al Baqarah:184
Hukum qadha tidak hilang. Artinya tetap wajib qadha, sekalipun sudah melewati ramadhan berikutnya. Ulama sepakat akan hal ini.

Kewajiban bertaubat. Karena orang yang secara sengaja menunda qadha tanpa udzur hingga masuk ramadhan berikutnya, termasuk bentuk menunda kewajiban, dan itu terlarang. Sehingga dia melakukan pelanggaran. Karena itu, dia harus bertaubat.

Wallahu'alam


➰➰➰➰➰➰➰➰

Closing statement
💮💮💮💮
Barangsiapa yang bergembira akan datangnya Ramadhan, Allah telah mengharamkan jasadnya dari api neraka (HR. An-Nasa'i)

Rasa senang sambut Ramadhan
Ikhlaskan niat
Murnikan taubat
Giatkan ilmu
Semangatkan dakwah
Kuatkan iman
Tingkatkan amal
InsyaAllah gapai taqwa

Sy akhiri, afwan minkun ada kurang nya itu dr sy pribadi, kebaikan itu dr Allah, fastabiqul khairat, 
Allahu yubarik fiikum 
جَزَاكُمُ اللّهُ خَيْــــرًا كَثِيْرًا 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ 
 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


📝🌹Ummunashrullah🌹📝

Tidak ada komentar: