05 Juni 2010

KEMBALI… YANG KEDUA KALI






Hari-hari penuh penantian dan pengharapan pada-Nya, setelah 9 bulan menanti buah hati. Kembali kami di beri amanah calon jundi/ah kami yang ke dua. Begitu bahagia dengan rasa syukur kami pada-Nya, Alhamdulillah…

Memang, rasanya sedikit berbeda dengan kehamilan yang pertama, tapi perbedaannya tidak begitu banyak. Kehamilan anak kedua kami lebih saya rasakan cepat lelah, agak mual walaupun tidak sampai muntah. Bahkan dalam hal perlakuan.

Kehamilan yang ke dua memang menjadikan kami sedikit protect dan hati-hati. Selama hamil tidak pernah bepergian ke luar kota, bahkan Bapak, Ibu dan keluarga Jogya yang datang tilik ke rumah kami. Berbeda dengan kehamilan pertama yang selalu pulang ke Jogja. Tapi semua itu saya nikmati dengan kesyukuran. Rasa bahagia membuncah di dada…

Saat itu usia kandungan saya 12 pekan kurang 3 hari. Tidak terasa memang, tapi kejadian itu datang. Pagi hari, Senin 1 Februari 2010 pukul 06.00 WIB, keluar setitik bercak coklat (flek) kering. Rasanya panik, tapi belum begitu kepikiran.





Saat mau mengambil wudhu shalat ashar di Senin sore pukul 15.30 WIB, flek coklat agak banyak keluar lagi. Wah, bingung banget apalagi saat ngaji di rumah  teman. Ingin rasanya bercerita ke teman-teman. Siapa tau ada penjelasan. Akhirnya shalat ashar yang penuh uraian air mata… Setelah pulang, sampai di rumah baru saya ceritakan pada suami.  Suami bilang “ Adik harus istirahat, besok ijin dulu saja”. Jadi, hari itu tiduran terus, bangun kalau shalat saja.

Selasa 2 Februari 2010 pagi sudah tidak keluar, jadi saya tidak jadi ijin, akhirnya hari itu berangkat sekolah, mengajar lagi.  Selasa siang, pukul 13.15 WIB di sekolah mau shalat dhuhur, tapi kok perut mules pengen (maaf) BAB. Saya telpon suami, ijin lalu pulang sebentar, tetapi ternyata ada flek coklat lagi. Akhirnya saya tidak balik sekolah lagi, langsung tiduran. Seletelah suami konsultasi ke bidan,  katanya tidak apa-apa, bidan menyuruh bed rest 2 hari dan di beri obat untuk pendarahan dan obat penguat.

Mulai, semua aktivitas di tempat tidur. Dari wudhu, shalat (sambil berbaring), makan. “Seperti pesakitan saja”, gumam saya. Tetapi suami menenangkan, “Adik tidak sakit, hanya butuh istirahat yang banyak saja”.  Tapi tetap saja saya merasa tidak nyaman. Saya berpikir  memang, saya tidak sakit, tapi saya harus istirahat, selain itu vitamin juga tetap saya minum,  semua untuk keamanan dan keselamatan calon jundi/ah kami.

Ibu datang ke rumah Selasa sore, meluangkan banyak waktu untuk putri tercintaJ. Nyess banget rasanya. Walaupun ibu terlihat sangat sedih, teringat kejadian cucunya Fatih (alm) juga, tetapi beliau tetap berusaha tenang, menghibur dan banyak do’a diberikan untuk kami dan kehamilan ini. Ibu baru kondur setelah malam menjelang. Subhanallah, ketika diri sakit dan bahagia belaian, dekapan, pelukan dan kekuatan do’a ibu begitu terasa.

Selasa sampai Rabu 3 Februari 2010 pagi tidak keluar flek, tetapi Rabu siang keluar lagi warna merah dan berupa gumpalan darah. Setelah konsultasi ke bidan lagi, bidan menyarankan untuk periksa ke dokter.

Rabu sore pukul 16.15 WIB, kami memeriksakan ke dokter, dengan pertimbangan kondisi kandungan dan jarak yang lebih dekat. Setelah melakukan diagnosa, dokter menyimpulkan bahwa kandungannya positif mengalami keguguran diagnosa terjadi pembuahan, tetapi bayi tidak berkembang dari awal. Sehingga dokter menyarankan tindakan kuretase karena janinnya tidak berkembang dan tidak bisa dipertahankan. Dokter menyarankan untuk segera kuretase, karena di takutkan semakin lama dalam rahim akan mempengaruhi kesehatan rahim.

Sore hari 17.00 WIB saya masuk rawat inap. Saya diharuskan puasa terlebih dahulu. Pemberian obat pil kiret untuk membuka jalan lahir, karena puasa makan-minum, obat pil diberikan dibawah lidah. Tidak berapa lama terasa basah dan ada yang mengalir, tapi belum saya lihat. Setelah saya bilang suami, baru kemudian diperiksa, ternyata keluar darah merah pekat. Rasanya… benar-benar tidak terbayangkan, keluar keringat dingin pandangan seakan kabur… Bukan karena saya takut mau di operasi kuretase, tapi… Subhanallah, amanah dari Allah itu kembali lagi pada-Nya. Apakah harus marah, benci ataukah pikiran lain yang muncul, tidak! InsyaAllah, ini yang terbaik untuk kami dari Allah. Ikhlas, insyaAllah kami ikhlas.

Kehadiran ibu, kakak dan 2 keponakan mengobati kegalauan dan kegundahan diri. Malam hari teman suami datang, banyak bercerita dan menguatkan. Sebelum operasi bapak dan ibu Jogja telpon, Alhamdulillah banyak dorongan lebih membahagiakan, karena memang kita tidak sendiri.

Masuk tempat operasi pukul 20.00 WIB. Suami mulai menunggu dengan was-was. Karena pembiusan harus dilakukan oleh dokter, maka harus menunggu dokter datang. Sampai pukul 21.26 WIB baru dilakukan pembiusan. Tindakan kuretase baru dilakukan pukul 20.30 WIB selesai pukul 20.46 WIB. Tindakan kuretase kata perawatnya hanya butuh waktu 5-10 menit, tapi kata suami 1 menit seperti 1 jam. Begitulah, suami yang merasakan detik demi detik begitu menegangkan, begitu lama.  Karena tidak bisa mendampingi di dalam, hanya diperbolehkan di luar pintu. Berbeda dengan ketika melahirkan, suami diperbolehkan mendampingi dari awal sampai akhir.

Saya sadar dari bius sekitar pukul 22.00 WIB dan itu sudah berada di kamar rawat inap. Tidak berapa lama pukul 22.30 WIB sudah tersedia makan malam dan minum 4 macam obat. “Maaf makanannya seadanya, karena yang masak sudah pulang”, begitu kata perawatnya. Setelah makan dan minum obat, pukul 23.00 WIB saya tidur. Tapi tiap setengah jam terbangun sampai pagi begitu terus.

Alhamdulillah, pagi hari begitu cerah… Teman-teman, saudara-saudara datang dengan begitu suka cita dalam kelelahan raganya. Ukhuwah itu terasa begitu kuat dan kental. Subhanallah.
Perasaan bahwa saudaranya adalah dirinya. Merasa sakit apabila saudaranya sakit. Dan bahagia bila saudaranya bahagia. Saudaranya adalah cermin sejati bagi dirinya. Seperti sabda Rasulullah SAW: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan emosional ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, mengakibatkan seluruh anggota tidak dapat istirahat dan sakit panas.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Begitu juga dalam QS. Al-Hujuraat: 10,  Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” .
  
          Secuil bait, sebaris kata tuk ungkapkan rasa di dada. Walaupun rasanya jemari ini begitu kaku menuliskan bait-baitnya, tapi ingin ku tuntaskan hingga akhirnya,  teruntuk buah hati kami :

Innalilahi wa inna ilaihi roji'un
Kembali...
Yang ke dua kali...
Jundi kami lebih Engkau cintai

Kejadian yang memang diluar dugaan
Kejadian yang tidak pernah terpikirkan
Kejadian yang datang begitu tiba-tiba
Kejadian yang memang sudah begitu rapi diatur oleh-Nya
Sang Penggenggam Segala

Dingin, semua tubuh kurasakan
Lemas, semua persendian tergeletakkan
Nanar, pandangan mata terkaburkan
Hampa, hati ini tak terperikan

Namun...
Ikhlas, sungguh ikhlas kuterima keputusanMu
Ridho, sungguh hanya ridhoMu kuharapkan
InsyaAllah, atas semua ketentuanMu
Kan tergapai surgaMu

Ya Allah
Tempatkan mereka berdua disurgaMu...
Di jannahMu...

03022010-4.30pm
-Ummu Nashrullah-

Syukur Alhamdulillah Ya Allah atas nikmat yang telah Engkau berikan....

2 komentar:

Admin mengatakan...

Ya Allah kuatkanlah diri kami,kami mohon keberkahan atas peristiwa ini ya Allah ya Robbul izzati - \
yang sabar ya ummu
berusaha lagi - tawakal dan insya Allah yang terbaik untuk kita - Allah pasti memberinya disaat yang tepat, Amin

salam kangen untuk putera kita dipenantian sana ditempat dimana tidak ada lagi sakit

Fatih Anak Kami selalu dihati

putih awan terbang merendah
tiupan angin menerpa kalbu
fatih rupawan yang terindah
tatapan ingin berjumpa ibu

noeth: mengatakan...

Fatih Putra Kami selalu dihati

Mawar putih mekar merekah
kumbang terbang menghisap madu
Fatih putra kami terkasih
tiada daya menahan rindu

Allah pasti memberinya disaat yang tepat, Insya Allah.
Amin